Hedonisme berasal dari bahasa Yunani (Hedone) yang berarti kesenangan. Anggapan awal paham ini adalah manusia selalu mengejar kesenangan hidupnya, baik jasmani ataupun rohani. Pencetus paham ini adalah Aristipos dan Epikuros. Mereka melihat bahwa manusia melakukan setiap aktivitas -pasti- untuk mencari kesenangan dalam hidupnya. Dua filsuf ini menganut dua aliran yang berbeda. Aristipos lebih menekankan kesenangan badani atau jasad seperti makan, minum, dll. Epikuros lebih menekankan kepada kesenangan rohani seperti bebas dari rasa takut, bahagia, tenang batin, dll. Kedua filsuf ini setuju bahwa harus ada sifat pengendalian diri pada saat melaksanakan ide tersebut.
Apabila dipahami secara mendalam, ada beberapa kelemahan dari Hedonisme ini, pertama anggapan bahwa setiap aktivitas manusia adalah untuk mencari kesenangan pribadinya. Tapi apakah benar hal tersebut adalah tabiat manusia yang memotivasi setiap tingkah laku kita? Jawabannya adalah, tidak! Contohnya orang tua kita, mereka bekerja untuk mencari uang, tetapi setelah mendapat penghasilan uangnya malah diberikan pada kita. Seandainya mereka melakukan hal tersebut untuk kesenangan pribadinya (seperti yang menjadi konsepsi dasar Hedonisme) mereka tidak akan memberikan uang hasil usahanya kepada kita. Malahan mungkin saja akan bersenang-senang untuk mereka sendiri dan tidak ada sepeser pun uang tersebut untuk kesenangan kita. Jadi, motif mereka bukanlah untuk kesenangan pribadi belaka, tetapi merupakan konsekuensi logis kewajiban orang tua kepada keluarganya. Hal ini menunjukkan bahwa konsep Hedonisme (mengenai setiap tingkah laku manusia bertujuan untuk mencari kesenangan pribadinya) adalah keliru, karena banyak manusia yang menunda kesenangan pribadi dan malah berkorban demi orang lain.
Kesalahan kedua dari Hedonisme adalah dalam memandang baik dan buruk. Hedonisme memandang bahwa sesuatu yang baik adalah sesuatu yang kita senangi dan yang buruk adalah sesuatu yang tidak kita senangi. Namun baik-buruk, terpuji-tercela bergantung kepada selera atau perasaan individu. Selera tiap individu pastilah berbeda, hal ini akan menimbulkan pandangan subjektif terhadap baik dan buruk, efek dari perbedaan standar ini adalah benturan keinginan tiap individu yang akan menghasilkan konflik antar individu.
Kerancuan ketiga dari konsep Hedonisme adalah paham ini serba individual dan tidak menyentuh tataran sosial dalam pembahasannya. Hedonisme akan mendorong manusia untuk memenuhi kesenangan yang bersifat individual, dia akan lebih memprioritaskan kesenangan dirinya dibandingkan kesenangan orang lain. Hal ini akan menyebabkan hilangnya rasa persaudaraan, cinta kasih, dan kesetiakawanan sosial. Adapun dengan konsep pengendalian diri yang ditawarkan malah menunjukkan bahwa sang pembuat ide telah melihat kesalahan dari ide yang dibuat, jadi ditambahkanlah konsep pengendalian diri sebagai penawar dari racun yang dia buat sendiri.
Tidak terasa tapi efeknya tak terduga, paham ini terus berlangsung dan merasuk ke dalam benak masyarakat kita tanpa ada tindakan pencegahan. Salah satu contoh kasusnya adalah acara-acara hedonisme yang berkedok mencari bibit-bibit penyanyi berbakat atau sejenisnya. Bila kita lihat secara jeli ternyata acara tersebut menawarkan gaya hidup yang tidak jauh dari konsep Hedonisme. Acara ini tentunya membutuhkan kocek yang tebal untuk memfasilitasi para kontestannya, tapi bila kita lihat keadaan bangsa kita yang sedang krisis ekonomi (hasil survey UNDP 66,1% orang Indonesia ada di bawah garis kemiskinan). Kita bisa menyimpulkan ada dua kondisi yang kontradiksi, di satu sisi keadaan perekonomian bangsa kita sedang krisis tapi di sisi lain acara menghambur-hamburkan uang makin marak.
Aneh memang, banyak warga Indonesia yang miskin, tidak punya rumah, gedung sekolah yang hampir roboh, tunjangan pegawai yang kecil dan jumlah pengangguran yang membludak tapi hal ini tidak membuat para peserta acara tersebut prihatin atau menangis tersedu-sedu, mereka malah sedih dan mengeluarkan air mata bila rekan seperjuangannya tereliminasi, terekstradisi, dijemput, dikartu merah, dll. Nampak jelas sikap egoisme dan sikap mengejar kesenangan pribadi mereka. Ini adalah bukti Hedonisme yang banyak menjadi impian anak-anak muda di negeri ini.
Last but not least, solusi praktis bagi pribadi kita yaitu janganlah sekali-kali mau dibodohi sama para pengusung Hedonisme ini, kesenangan yang mereka tawarkan hanyalah kesenangan semu yang bukannya membahagiakan tapi malah menghancurkan. Terus kalau kita sudah memahami bahayanya, kita jangan mengerti sendirian tapi juga harus mengajak temen-temen supaya jangan terjebak oleh ranjau hedonisme..semoga
SUMBER