Siapa
yang tak mengenal Keong Mas? Binatang yang satu ini dapat kita temukan
di persawahan, rawa-rawa maupun di dekat sungai hampir di seluruh
Indonesia. Binatang ini kerap diburu para petani karena dianggap sebagai
hama yang dapat merusak tanaman padi muda dalam satu malam. Dalam
kondisi lapang, 6 ekor keong mas per meter persegi mampu mengurangi
hasil panen padi sebanyak 15% dan kerusakan yang ditimbulkan berlangsung
hingga 50 hari setelah penanaman.
Akan
tetapi tahukah Agan bahwa hama yang satu ini ternyata memiliki
kandungan gizi yang tinggi. Dari hasil uji proksimat, kandungan protein
pada keong mas berkisar antara 16 hingga 50 persen dan hampir 40% berat
tubuhnya terdiri atas protein yang merupakan zat pembangun makhluk
hidup. Selain itu, Keong mas juga diketahui mengandung asam omega 3, 6
dan 9. Selain itu, dalam setiap 100 gram daging keong mas mengandung
energi makanan 83 kalori, protein 12,2 gram, lemak 0,4 gram, karbohidrat
6,6 gram, abu 3,2 gram, fosfor 61 mg, natrium 40 mg, kalium 17 mg,
riboflavin 12 mg, niacin 1,8 mg serta kandungan nutrisi makanan yang
lain seperti Vitamin C, Zn, Cu, Mn dan Iodium. Selain banyak mengandung
banyak gizi di atas, hewan dari keluarga moluska ini juga kaya akan
kalsium.
Dibalik
kesannya yang menjijikkan, Keong mas atau disebut oleh sebagian
masyarakat sebagai siput murbai (Pomacea canaliculata Lamarck) ini dapat
ternyata dapat diolah menjadi santapan yang nikmat. Beberapa mahasiswa
FMIPA UNY yang beranggotakan Azza Kadarwati Nugraini, Januar
Fajarningrum, dan Nugrahini Dwi W mencoba mengolah hama ini agar mudah
dikonsumsi yaitu dalam bentuk kerupuk.
kerupuk:
Azza
Kadarwati Nugraini mengatakan rendahnya minat masyarakat dalam
pengonsumsian keong mas bisa jadi karena perasaan jijik yang
menghinggapi sebagian besar masyarakat kita terkait dengan hasil olahan
keong mas. ”Oleh karena itu, kami mencoba mengolah keong emas menjadi
kerupuk, mengingat selama ini camilan yang ada tidak memenuhi kandungan
gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia sehingga dengan adanya kerupuk
keong mas kebutuhan gizi masyarakat dapat terpenuhi” kata Azza. ”Selain
itu, pembuatan kerupuk keong mas ini dapat membuka peluang pekerjaan
bagi masyarakat sekitar untuk menunjang perekonomian dengan membangun
home industry.”
Menurut
Nugrahini Dwi, pembuatan kerupuk keong mas diawali dari memilih keong
mas yang baik, dicuci hingga bersih lalu direbus beberapa saat hingga
lunak, didinginkan, baru dipisahkan antara daging dengan cangkangnya
lalu dijemur hingga benar-benar kering di bawah terik matahari.
Selanjutnya, daging keong yang sudah kering digiling hingga menjadi
tepung. Tepung keong mas tersebut dicampur dengan tepung tapioka beserta
bumbunya yang terdiri dari bawang putih, garam, ketumbar, dan merica.
Tambahkan air secukupnya pada adonan sehingga menjadi kalis kemudian
adonan tersebut dijadikan lembaran-lembaran tipis dengan alat pembuat
lembaran adonan atau selinder kayu dengan ketebalan antara 1—2 mm, baru
kemudian dipotong-potong. Hasil pemotongan ini masih berupa kerupuk
basah yang harus segera dijemur sampai kadar airnya di bawah 10% hingga
menjadi kerupuk mentah. Sebaiknya, kerupuk mentah dijemur terlebih
dahulu sebelum digoreng.
Selain
dapat dibuat camilan yang nikmat berupa kerupuk, Keong Mas dapat diolah
menjadi sate, dendeng, pepes, kecap keong dan sambel. Keong mas yang
notabene mempunyai kandungan protein tinggi, murah dan terjangkau, keong
mas juga telah lama dipercaya oleh masyarakat dapat digunakan untuk
mengobati penyakit kuning, meningkatkan kecerdasan, meningkatkan libido
dan dapat digunakan sebagai obat liver tutur Dr. Sumitro dalam Sinar
Tani.
sate keong:
Manfaat Lain Keong Mas
Keong
mas yang kita ketahui sebagai hama potensial tanaman padi, ternyata
jika dikelola dengan baik, dapat menjadi komoditas prospektif untuk
menambah penghasilan petani dan meningkatkan gizi masyarakat. Bahkan
komoditas ini layak untuk menjadi komoditas ekspor, terutama ke
negara-negara Eropa, Jepang dan Hong Kong. Keong mas juga dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, ikan, udang, sumber makanan
berprotein tinggi bagi masyarakat, obat-obatan dan pengontrol inang
perantara parasit trematoda yang menyebabkan gatal-gatal. Dengan potensi
tersebut, keong mas tidak layak disebut sebagai biang kegagalan panen
padi. Lebih baik keong mas dikelola untuk dimanfaatkan dan dikembangkan.
sate keong:
Penggunaan
keong mas untuk pakan itik terbukti mampu menaikkan hasil telur hingga
80 persen. Pemberian pakan sekitar 4,5 persen tepung keong mas pada
peternakan sapi potong juga memberikan hasil pertumbuhan yang cukup baik
dan tingkat keuntungan paling tinggi dibandingkan pemberian pakan lain.
pakan itik:
Sebagai
pakan ikan, penggantian kandungan tepung ikan menjadi tepung keong mas
sebanyak 25 hingga 75 persen memberikan pengaruh cukup baik terhadap
laju pertumbuhan harian individu, efisiensi pakan, retensi protein, dan
retensi lemak.
pakan ikan:
Penggunaan
keong mas untuk pakan Krustase telah dibuktikan pada udang dan
kepiting. Pada budi daya udang windu, penggunaan pakan keong mas sudah
dilakukan dalam uji coba oleh pada tahun 1995. Pada pematangan gonad
kepiting bakau (Scylla spp.) di Pantai Mayangan (Subang) dapat diketahui
bahwa pemberian pakan berupa keong mas dapat mempersiangkat sampai 1/3
kali masa pemeliharaan dibandingkan dengan pemberian pakan yang berasal
dari ikan. Penggunaan keong mas untuk pakan lobster air tawar telah
diujicobakan di suatu universitas di Yogyakarta dan juga telah dilakukan
oleh beberapa petani yang membudi daya lobster.
pakan udang:
Keong
mas juga berperan sebagai pengendali keong lain jenis Bulinus sp dan
Biophalaria sp yang merupakan inang perantara parasit trematoda yang
menyebabkan penyakit gatal-gatal dan schistosomiasis yang telah
menginfeksi lebih dari 200 juta penduduk tropis.
sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=12603205