Kata "pahlawan" seyogyanya hanya
layak disematkan bagi siapa saja yang rela berkorban untuk orang lain,
untuk banyak orang, tanpa pamrih. Bukan untuk sosok yang kelihatan
mentereng dengan pangkat atau jabatan.
Politisi muda Partai Golkar, Indra J Piliang menyatakan, sulit untuk mencari pahlawan di antara para penyelenggara negara saat ini. Kebanyakan mereka tidak dapat dijadikan teladan dan panutan.
Sikap hidup yang jauh dari nilai-nilai kepahlawanan yang mereka peragakan menjadi alasannya."Sulit keteladanan muncul dari para penyelenggara negara karena itu dianggap sebagai pekerjaan, profesi, bukanlah panggilan kejiwaan atau prinsip idealisme," katanya dalam diskusi bertema 'Apa dan Siapa Pahlawan' di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu 12 November 2011.
Dia mencontohkan sosok pahlawan nasional, Agus Salim. Ketika menjadi seorang pejabat negara dan tokoh bangsa, dia menerapkan gaya hidup yang bersahaja. Agus Salim mendidik sendiri anak-anaknya dengan tujuh bahasa.
Jangankan bergelimang harta, Agus Salim tidak memiliki mobil, tidak memiliki apa-apa. Padahal dia adalah salah satu menteri dan diplomat yang mewakili Indonesia di forum-forum internasional.
"Bandingkan, anggota DPR sekarang punya mobil sekian miliar, Alphard segala macam. Selalu ada kaitannya dengan materi sementara materi adalah hal yang dihindari para pahlawan," ujarnya.
Indra menambahkan, nasionalisme menjadi penting bagi bangsa ini karena paham tersebut menghilangkan feodalisme dan monarkhisme. Tetapi Indra melihat yang terjadi sekarang adalah kebalikannya, nasionalisme dikalahkan oleh feodalisme dan monarkhisme.
Sementara seorang guru, M Amir Hamzah menuturkan keteladanan harus dimulai dari diri sendiri. Bahwa, seorang bapak adalah pemimpim di rumah tangga, seorang guru adalah contoh bagi murid-muridnya.
"Jangan omdo (omong doang). Tidak mungkin seorang guru melarang muridnya merokok tetapi dia sendiri diam-diam merokok," ucapnya.
Bagi Amir keteladanan adalah tiang bagi semua orang. Teladan seorang Ketua DPR kepada anak buah tergantung sikap dan perilakunya. Begitu juga dengan Presiden kepada menteri dan jajarannya.