Yogyakarta, kota yang sangat eksotis akan kebudayaan tinggi para leluhurnya, kota yang mampu menghargai dan bangga atas kebudayaan leluhurnya, melestarikannya sampai ke anak cucu mereka dan mempertahankannya sebagai identitas diri yang paling tinggi.
Yogyakarta, destinasi wisata dengan keindahan alam yang sangat beragam, pegunungan gunung berapi dengan pemadangan yang menakjubkan, pantai-pantai dengan pasir dan desiran ombak yang sangat indah, gua-gua alam yang sangat mendebarkan jika kita menelusurinya, candi-candi dan mahakarya peninggalan budaya leluhur lainnya yang sangat bersejarah. Jangan lupa juga, keramah-tamahan penduduknya yang sangat membekas bagi para wisatawan untuk kembali lagi kesana.
Yogyakarta, kota dengan seribu predikat yang melekat, Kota Pendidikan, Kota Budaya, Kota Perjuangan, Kota Sepeda, dan lain-lain.
Semua hal itu mungkin dirasa kurang jika tidak ada makanan atau kuliner yang sangat khas di wilayah itu. Ya, inilah yang akan saya bicarakan. Wisata kuliner di yogyakarta tidak kalah menariknya dengan wisata ke candi atau ke pantai atau wisata lainnya. Kuliner khas Yogyakarta yang sudah mendunia pasti semua sudah pada tahu kan, seperti gudeg, sate klathak, bakpia, yangko, kipo atau yang lainnya. Tetapi disini saya tidak akan membahas kuliner yang sudah terkenal itu. Saya akan membicarakan kuliner yang mungkin dari kalian ada yang belum tahu dan merasakan enaknya kuliner ini.
Inilah mengapa disebut wisata kuliner, kita mencari dan menelusuri hingga ke pelosok desa untuk mendapatkan masakan yang katanya istimewa dan kita harus membuktikannya sendiri. Selain berburu kenikmatan makanan, kita juga berburu suasana yang sangat khas Yogyakarta. Suasana yang hanya bisa kita rasakan jika kita mengunjungi tempat itu, dan pasti akan kembali ke tempat itu lagi.
Kriteria kuliner yang saya pilih disini bukanlah kuliner yang sudah besar, mempunyai cabang dimana-mana, kriteria pokoknya adalah:
- Harganya murah
Faktor ini cukup penting, karena kita sangat mudah mendapatkan kuliner yang enak tetapi harga mahal, itu sudah biasa. Tetapi jika masakannya enak tetapi harganya cukup terjangkau. Ini yang kita cari.
- Belum ada Cabang
Saya tidak membicarakan makanan yang sudah terkenal, atau sudah menjadi franchise dan ada di sudut-sudut kota. Karena judulnya wisata kuliner ya kita harus piknik ke pelosok untuk bisa merasakan istimewanya masakan itu, dan perjalanan jauh saya terbayarkan dengan rasa makanan yang sangat istimewa.
- Tempat Sederhana
Jangan dipikir jika kuliner enak itu adanya hanya di restoran dengan disajikan kemewahan dan pelayanan yang bagus. Kuliner yang saya tulis disini sangat jauh dari bayangan itu, ada yang beralaskan tikar, dengan warung bambu yang reot, suasana gerah yang membuat berkeringan, pelayanan yang alakadarnya, tetapi semau itu tidak ada bandingannya dengan rasa nikmat masakannya. Dan kita akan dibawa dengan suasana asli Yogyakarta. pengunjung saling menyapa, mengobrol basa-basi, hingga bercanda dengan penjualnya.
Kriteria diatas adalah yang saya buat sendiri dengan unsur subyektivitas yang sangat kental, jika ada yang kurang setuju wajar. Oke deh, langsung kita lihat wisata kuliner yang sangat istimewa di Yogyakarta.
1. Mie Lethek Mbah Mo Srandakan
Warung makan ini terletak di desa Srandakan, Bantul. Mungkin kurang lebih sekitar 20 kilometer dari kota Yogyakarta ke arah selatan, sekitar satu jam perjalanan. Menu yang bisa anda dapatkan di warung ini adalah bakmi godog (rebus), bakmi goreng dan bakmi nyemek (perpaduan antara bakmi godog dan goreng). Semua menu itu enak banget. Kekenyalaan mie lethek memberi cita rasa yang berbeda di lidah, istimewa pokoknya.
Anda pasti penasaran apa itu mie lethek? Dari artinya mi adalah bakmi dan lethek adalah bahasa jawa yang artinya kotor atau kusam. Iya, benar, jika dilihat dari warnanya mie ini berwarna bening agak kekusam-kusaman, seperti warna putih yang terkena bercak-bercak hitam. Tekstur dari mie ini sangat kenyal, beda seperti mie yang biasa kita makan. Menurut informasi, mie ini hanya diproduksi di daerah Bantul saja. Produksinya masih tradisional yaitu menggunakan sapi untuk menggiling bahan baku mie nya.
2. Sop Ayam "Ganteng" Kalasan
Yogyakarta memang jagonya dalam mengolah ayam kampung menjadi hidangan. Kebanyakan hidangan makanan asli di Yogyakarta memang menggunakan ayam kampung untuk dagingnya, karena memang dari kualitas rasanya jauh lebih enak dari pada ayam broiler dan kaldunya pun jauh lebih segar dijadikan kuah untuk hidangan. Selain gudeg, bakmi jawa, yang menggunakan ayam kampung, hidangan sop juga sama. Warung sop ayam kampung ini letaknya di Jalan Solo KM 12,5 Kalasan, persisnya di depan RSIY PDHI.
Rasa sop "Ganteng" ini memang benar-benar ganteng, sangat nikmat, kaldu dalam kuah sopnya sangat terasa sekali, segar banget, berbeda dengan sop yang sering saya makan yang terlalu banyak penyedap rasa MSG atau mecin. Ditemani segelas minuman kelapa muda dengan sirup gula jawa benar-benar menambah kesegaran yang semakin komplit.
Iseng-iseng saya bertanya kepada penjualnya kenapa namanya "Ganteng"? Dan jawabannya adalah Ganteng itu adalah singkatan yang kepanjangannya adalah Ganjel Weteng, kalau dalam bahasa Indonesianya adalah Pengganjal Perut. Jujur, saya langsung ketawa terbahak-bahak mendengar penjelasan itu. Orang Jogja memang benar-benar kreatif.
3. Warung Kambing Pak Dakir
Anda penyuka makanan dari kambing? Bukan makanannya kambing ya, hehee. Iya, makanan hasil olahan dari kambing seperti sate, gule, tongseng, dan lain sebagainya. Nah, di warung ini segala olahan kambing ada disini, seperti yang saya sebutkan sebelumnya, tetapi menu yang istimewa di warung ini bukanlah sate atau gulainya, tetapi adalah nasi gorengnya, namanya adalah Nasi Goreng Pliket atau Nasi Goreng Butet. Dinamai nasi goreng pliket karena memang nasi gorengnya pliket, agak-agak basah karena masaknya menggunakan kuah tongseng. Kenapa juga disebut nasi goreng butet, karena katanya yang pertama kali minta menu ini adalah Butet Kartarejasa, seorang seniman kondang asal Yogyakarta. Mas Butet minta dibuatkan menu nasi goreng yang beda, akhirnya jadilah nasi goreng butet.
Keistimewaan dari nasi goreng ini adalah bumbunya yang tidak hanya bumbu nasi goreng tetapi juga dicampur dengan sedikit kuah tongseng dan gulai, hasilnya pun nasinya agak lengket tetapi rasanya sangat aduhai, beda dengan nasi goreng biasanya, Nasi goreng ini berisi daging dan jeroan dari kambing, jadi kalau anda mempunyai tekanan darah tinggi dan kolesterol yang tinggi pula, seimbangi dengan nutrisi penurun hipertensi dan kolesterol lainnya. Mencicipi nasi goreng ini dengan ditemani segelas wedang tape panas benar-benar istimewa. Diselingi dengan canda tawa ibu penjualnya melengkapi rasa rindu saya akan suasana nyaman. Warung makan ini terletak tidak jauh dari pusat kota Yogyakarta. Terletak di depan Pasar Klitikan, Kuncen.
4. Bakmi Jawa Ken Arok
Rasa penasaran saya mulai tergugah saat teman saya berbicara tentang warung makan bakmi jawa yang dimasaki oleh koki lengkap dengan atributnya, pakaian putih-putih dengan topi panjang khas ala chef di restoran-restoran ternama. Rasa penasaran saya bertambah ketika koki tersebut adalah mantan koki Sheraton Hotel, salah satu hotel bintang lima ternama di dunia. Bakmi jawa yang dibuat oleh koki bertaraf internasional? Oke deh, saya tidak berlama-lama langsung menuju ke Jalan Solo Km 13 Kalasan tempat warung tersebut berada. Lokasinya memang cukup berdekatan dengan Warung Sop Ayam "Ganteng" yang tadi sudah saya ceriterakan diatas.
Sesampainya disana memang benar apa yang dikatakan teman saya itu. Seorang koki dengan pakaian kebesarannya -celemek putih panjang dari leher sampai lutut dengan topi panjang khas ala chef di restoran-restoran ternama- sedang didepan ubo rampe-nya sedang memasak untuk para pelanggan setianya yang sudah menunggu di bangku warungnya. Pemandangannya memang agak kontras, koki dengan atribut lengkapnya sedang memasak di warung yang tampilannya sederhana. Tetapi ketika pesanan saya sudah datang (setelah hampir 15 menit menunggu), dan saya cicipi, memang rasanya tidak sesederhana warungnya. Saya memesan bakmi goreng ala ken arok. Walaupun ini adalah bakmi jawa, tetapi rasanya benar-benar berbeda dengan bakmi jawa yang biasa. Sensasinya rasa benar-benar seperti masakan hotel bintang lima. Penambahan bumbu masakan yang menjadikan citarasanya yang juga unik.
5. Walang Goreng
sumber: http://www.alumni.ugm.ac.id/simponi/images/berita/Walang-Goreng.jpg |
Kalau yang satu ini bukan masakan yang dihidangkan seperti diatas. Ini adalah makanan khas oleh-oleh dari Gunung Kidul yang tergolong sebagai extrem food. Bagaimana tidak, Walang atau Bahasa Indonesia nya Belalang ini digoreng dan dijadikan makanan. Mungkin untuk sebagian orang merasa sangat jijik. Lihat bentuknya saja sangat menggelikan apalagi dimakan. Inilah sisi keunikan orang Yogyakarta, populasi belalang yang sangat pesat di Gunung Kidul yang kedepannya akan sangat mengganggu pertanian -karena belalang ini termasuk hama yang sering menggerogoti tanaman para petani- oleh penduduk sekitar dimanfaatkan sebagai makanan.
Belalang goreng ini sebelumnya hanya dijadikan makanan camilan oleh warga sekitar, karena rasanya yang gurih seperti udang goreng. Karena keunikan tersebut, semakin lama belalang goreng menjadi sesuatu yang booming pada waktu itu. akhirnya secara tidak langsung makanan itu menjadi makanan khas daerah Gunung Kidul selain gethuk dan thiwul.
Itulah 5 Kuliner istimewa di Yogyakarta. Jika anda ingin melancong ke Yogyakarta, jangan lupa mampir ke warung-warung makan tersebut. Sebenarnya masih banyak tempat-tempat kuliner istimewa di Yogyakarta, besok lain waktu akan saya tulis lagi kelanjutannya.