Nama Kopimisme mencuat setelah diakui Swedia sebagai salah satu agama resmi negara. Bagi para pengikut agama ini, kegiatan berbagi data menggunakan metode copy-paste menjadi ritual peribadatan.
"Bagi Kopimisme, informasi sifatnya suci sementara menyalinnya adalah ibadah. Informasi itu sendiri memiliki nilai yang akan berlipat ganda setelah disalin. Karena itulah menyalin menjadi pusat bagi agama Kopimisme dan pengikutnya," kata Isak Gerson, pendiri Kopimisme seperti dimuat kantor berita BBC.
Dalam Kopimisme, simbol CTRL+C dan CTRL+V dianggap sebagai simbol
yang sakral. Pengunaan kedua simbol tersebut untuk menyalin dan
menyebarluaskan data dianggap sebagai ibadah
Gerson, seorang mahasiswa filsafat berusia 19 tahun asal Uppsala,
sudah mengusahakan pengesahan ini sejak sebelum Natal. Baginya,
pengesahan yang akhirnya diberikan salah satu negara Skandinavia itu
merupakan langkah besar bagi para pemeluknya.
"Banyak orang yang takut dipenjara setelah menyalin dan
menyebarluaskan data. Saya harap dengan diresmikannya Kopimisme menjadi
salah satu agama di Swedia, segalanya akan berubah," harap Gerson.
Di sisi lain, ditahbiskannya Kopimisme sebagai agama resmi
mengundang protes dari banyak penduduk Swedia. Mereka berpendapat,
Kopimisme justru malah akan melegalkan pembajakan yang bertentangan
dengan hukum Swedia.
"Ilegal tetap ilegal, tak peduli Anda pengikut agama tertentu atau bukan," cetus seorang warga bernama Bertil Kallner.