Saat ini banyak ibu rumah
tangga atau pekerja kantoran memiliki usaha sampingan berjualan via
Internet. Berbagai sarana bisa dimanfaatkan dalam saluran ini, mulai
dari website atau blog sendiri, situs jual beli, kaskus, hingga yang
paling familiar, Facebook.
Bintang Marisi Butar-Butar,
Corporate Communications PT Djarum mengaku dirinya jera membeli barang
via Internet karena pengalaman yang mengecewakan dari transaksi yang
dilakukan pekan lalu.
Banyaknya tawaran barang di
Facebook, akhirnya dia membeli sling bag buat jalan ke mal atau jalan
santai. Tertarik karena modelnya bagus dan harganya relatif murah, hanya
Rp65.000 termasuk ongkos kirim dari tempat si penjual di Jogja.
“Bila sesuai dengan apa yang saya
lihat sih murah, namun ketika barang tersebut tiba yang ada hanya
kecewa dan kapok, karena sling bag tersebut jauh berbeda dengan gambar
postingan penjual, kualitasnya pun mengecewakan,” ujarnya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Pengalaman ini membuatnya kecewa
dan memutuskan tidak membeli barang secara online untuk sementara waktu.
Bintang awalnya tertarik belanja via Facebook melihat beberapa temannya
yang hobi belanja online dan tidak pernah komplain terhadap hasil
belanjaannya.
Pengalaman berbeda dirasakan oleh Kartika Ayuningtyas, karyawati sebuah perusahaan di kawasan Rasuna Said.
Dia menghabiskan sebagian besar
waktu luangnya di depan komputer kantor sembari melakukan pekerjaan
untuk mengecek beberapa situs jual beli dan penawaran dari belasan toko
online yang ada di akun Facebook miliknya.
“Saya hobi hunting barang di
Internet, praktis, cukup buka akun Facebook sekalian bersosialisasi
dengan teman-teman, pilih barang yang disukai, bayar transfer via mobile
banking. Terakhir, tinggal tunggu barang diantar langsung ke kantor
atau rumah,” ujarnya.
Pengalamannya berburu barang di
Facebook dimulai ketika melahirkan anak pertama, saat itu Kartika lebih
banyak menghabiskan waktunya di rumah menjaga buah hati. Belanja kebutuhan bayi seperti baju pun dilakukan online via Facebook.
“Sempat merasa ketipu karena
kualitas barang tidak sesuai penawaran. Saya jadi belajar untuk lebih
selektif, minimal mencari rekomendasi teman tentang satu toko online
yang barang jualannya sedang saya taksir,” ujarnya.
Ituk Andyka, salah satu penjual
barang di www.kaskus.us dengan akun reongbali mengatakan dirinya mulai
jualan di kaskus setelah beberapa kali menjadi pembeli di situs
komunitas yang kini menjadi salah satu tempat jual beli online terbesar
di Indonesia.
“Awalnya ketika masih tinggal di
Bali saya tertarik dengan gadget, mau cari iPhone, tapi dana terbatas.
Ketika bertanya pada seorang kenalan direkomendasikan untuk mencarinya
melalui kaskus,” ujarnya.
Saat itu dirinya cukup berani
mengambil risiko tertipu karena dirinya percaya dengan si penjual dan
langsung transfer ke rekening penjual. Untungnya, penjual yang dipilih
terpercaya dan mengirimkan barang sesuai dengan spesifikasinya.
Beberapa kali membeli barang di
kaskus, Ituk memberanikan diri berjualan barang di forum tersebut, mulai
dari aksesoris kamera, ponsel pintar seperti BlackBerry, hingga iPad
pernah ditawarkannya dan laku terjual.
Tip berbelanja
Baginya, ada beberapa trik yang
bisa dilihat calon pembeli untuk mengetahui penjual yang serius dan
tidak berniat menipu. Penjual serius akan menawarkan rekening bersama
kepada calon pembeli dari luar kota tempatnya berada.
Rekening bersama adalah orang
atau pihak ketiga yang dipercaya untuk memegang uang sementara oleh
pembeli dan penjual. Begitu barang tiba di tangan pembeli, baru rekening
bersama mengirimkan uangnya kepada penjual.
Di kaskus ada beberapa rekening
bersama terpercaya. Biasanya dia mencantumkan nama lengkap dan nomer
rekening yang digunakan, serta banyak memiliki testimoni positif dari
orang yang pernah memakai jasanya.
Penjual serius juga akan
menawarkan calon pembeli untuk cash on delivery (COD), dimana mereka
menyepakati lokasi dan waktu untuk bertemu sehingga calon pembeli bisa
melihat langsung barang yang dijual tanpa harus membayarkan uang muka
sebelumnya.
Ituk mengaku selama ini dirinya
selalu berusaha menjaga kesopanan, etika dagang, dan menawarkan dua
skema tersebut sehingga pembeli percaya kepadanya. Foto barang yang
sebenarnya juga menjadi ukuran keseriusan penjual.
“Penjual juga harus menyampaikan
dengan jujur jika ada kekurangan dari barang yang di jual serta alasan
mengapa barang tersebut mau di jual. Seperti jual BlackBerry pernah kena
air dijual karena butuh uang atau bantu teman jual barangnya,” ujarnya.
Sebagian besar barang dagangannya berasal dari teman yang memintanya menjualkan barang karena berbagai alasan.
Dia menambahkan penjual nakal
biasanya tidak basa-basi dan relatif memasang harga hingga setengah dari
harga pasar. Hal tersebut harus dicurigai, selama ini cukup banyak juga
orang tertipu, seperti penawaran beli Galaxy Tab murah separuh harga.
“Jika jauh selisihnya dan tidak
realistis, mending jangan transaksi. Berbisnislah dengan yang sudah
kenal atau rekomendasi teman yang sudah berbisnis sebelumnya dan aman.
Khusus di Facebook, jangan lupa cek domisili toko, riil atau fiktif,”
ujar Ituk.
American Bar Association
memberikan beberapa petunjuk bagi pengguna Internet untuk berbelanja
online dengan aman, salah satunya bersikaplah curiga jika harga yang
ditawarkan terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.
"Selalu bandingkan satu situs
atau satu penjual dengan penjual lainnya. Mungkin sedang ada harga
promosi, namun biasanya hanya untuk satu jenis produk saja," seperti
dikutip dari www.safeshopping.org.