Wanita Berkursi Roda Sang Pengubah Paradigma
Hambatan fisik yang dimiliki Ni Putu Suryati tak menghalangi langkahnya untuk berkarya. Wanita paruh baya yang tak dapat berjalan sehingga perlu bantuan kursi roda ini datang dari Bali ke Jakarta sebagai salah satu dari lima pemenang Danamon Award 2011. Tak heran bila dia sering disebut sebagai "Pengubah Paradigma".
"Saya mengumpulkan para penyandang cacat di Bali dan membimbing mereka agar mandiri," kata Putu, ketika berbincang dengan kami, usai menerima penghargaan Danamon Awards 2011, di Jakarta.
Sejak sekitar tahun 2000, Putu menyadari bahwa orang-orang dengan hambatan fisik di Bali pada umumnya dikucilkan oleh masyarakat, sehingga ia ingin mengubah paradigma ini. Bersama enam temannya yang juga memiliki hambatan fisik, mereka menampung orang-orang dengan kondisi sama untuk diberikan keterampilan sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing.
"Para penyandang cacat sulit mencari pekerjaan, jadi di yayasan itu kami bimbing dengan keterampilan, ternyata mereka mampu bekerja," ungkapnya.
Pelatihan yang diberikan antara lain Bahasa Inggris, komputer, kerajinan tangan, dan kesenian. Putu mendirikan Yayasan Senang Hati pada 5 Mei 2003 silam yang berlokasi di dekat Istana Presiden Tampak Siring, Bali.
Kini, tutur Putu, sebanyak 49 orang anggota yayasannya telah mandiri secara finansial. "Kami juga memiliki anggota di luar yayasan, sekitar 270 orang," katanya.
Berkat kegigihan saat ini karya-karya dari para penyandang cacat asuhannya sudah di pasarkan secara rutin ke berbagai belahan dunia, yaitu ke Australia dan Italia. "Itu berupa keranjang, kalung, dan anting-anting," kata Putu.
Selain itu, Putu bersama anggota yayasannya juga mendirikan sebuah restoran dengan tenaga pelayan dan tukang masak para penyandang cacat yang menggunakan kursi roda.
"Omsetnya cukup untuk membiayai yayasan kami," katanya. "Karena sampai sekarang yayasan itu belum ada donatur tetapnya," Dia mengatakan, semua dikelola sendiri agar penyandang cacat bisa mandiri.
0 Comments