Mereka pun ciptakan sistem global yang untungkan Barat, AS. Berbagai lembaga & aturan global dibuat untuk menata dunia demi kepentingan mereka. Bahkan untuk menguasai beberapa negara, tak terkecuali Indonesia yang terkenal kaya SDA, AS pun siapkan skenario-skenario. Skenario neokolonialisme itu dilakukan dengan berbagai cara lewat agen-agennya, baik dengan cara halus maupun keras. Skenario halus adalah dengan bangun sistem ekonomi dan politik yang ciptakan ketergantungan ke AS.
Skenario halus untuk kuasai negara lain juga mereka lakukan dengan dorong cara berpikir yang untungkan Barat trutama AS, lewat intelektual dan aktivis. Intelektual dan aktivis merupakan sasaran utama sosiological propaganda lewat pendidikan, hingga aktivitas funding LSM Internasional. Indirect scenario ini, dilandasi reasoning kebenaran akademik sebagai titik masuk paling potensial untuk menerapkan konsep-konsep mereka. Mental Inlander pengagum Barat, jadi mudah dibentuk mindsetnya, kemudian berpengaruh pada sistem ekonomi, politik, hukum dll.
Upaya bangun sistem dengan skenario yang lebih langsung dilakukan lewat bantuan hutang, lewat lembaga donor IMF & WB. WB & IMF salurkan bantuan bukan tanpa syarat, tapi degan berbagai aturan yang harus diterapkan, isinya untuk ciptakan kondisi ketergantungan. Skenario lain lewat program hibah WB, yang libatkan ahli asing dengan gandeng tenaga lokal, proyeknya dari perguruan tinggi sampai desa-desa. Dibuat pula program advokasi pembuatan UU, pion-pion & agen-agen AS lakukan lobi-lobi ke DPR dan Pemerintah, golkan konsepnya. Arahnya buat payung hukum, privatisasi sektor-sektor ekonomi strategis, seperti pertambangan hingga penyiaran. Akademisi dan LSM jadi agennya.
Akademisi dan LSM jadi ujung tombak membangun sistem yang comply dengan AS. Mereka sering tak sadar karena telah "digarap" cara berpikirnya. Polanya adalah buat riset, program pendampingan, pelatihan, workshop dll. semua sebagai upaya ciptakan fondasi sistem yang comply. Kenapa harus dibuat sistem yang mirip dengan mereka? Karena kalau sistem comply, mzkz menjadi mudah bagi AS untuk ambil kesempatan & keuntungan. Perusahaan-perusahaan mereka jadi leluasa untuk kuasai semua sektor. Dengan liberalisasi ekonomi perusahan besar jadi terbuka untuk dibeli lewat pasar modal. Sektor tambang, Perbankan, Pariwisata, pabrik obat, hingga mini market mereka masuki.
Contoh makin kuatnya cengekeraman mereka. Media massa dirangkul, termasuk diundang ke AS, international fellow, hingga bantuan hibah & kerjasama dengan VOA. Komplit sudah sosiological propaganda yang mereka lakukan. tak heran banyak negara SDA nya kaya, tapi tambang-tambangnya dikuasai Barat terutama AS. Diprediksi, 5 tahun kedepan indonesia akan digelontor isu-isu minoritas, baik kelompok agama, komunitas tertentu, hingga orientasi seksual. Donor-donor asing sudah mulai gerakkan dana ke isu-isu tersebut. Nanti Indonesia akan makin sibuk dengan isu-isu toleransi dan konflik-konflik minoritas. Fenomena kedepan: isu demokrasi, anti korupsi, tak lagi jadi fokus pendanaan. Mereka akan arahkan untuk isu-isu hak kebebasan beragama. Tujuannya untuk provokasi kelompok-kelompok garis keras dengan liberal agar terjadi konflik tentang isu mayoritas-minoritas.
Bangsa ini akan disibukkan konflik-konflik yang tidak mendasar, sementara mereka mengeruk sektor-sektor ekonomi dan jasa strategis yang sudah diprivatisasi. Skenario model Arab Springs juga dilakukan untuk beberapa negara yang sistemnya otoriter dan tak untungkan AS. AS tak selalu dukung negara demokratis lho. Semua tergantung kepentingan. Saudi, Kuwai dan negara-negara Teluk tak demokratis tapi didukung. India yang sejak lama demokratis justru kalah dukungannya dibanding untuk Pakistan. Bagi AS tak ada sahabat sejati, yang ada kepentingan. Hasil pemilu 2014 munculkan kombinasi nasionalis religius akan tetap aman. AS tak terlalu terusik. Dulu yang jadi korban tekanan AS adalah mereka yang dituduh PKI, sekarang arahnya ke kelompok-kelompok Islam.
Konflik Ahmadiyah, konflik Sunni-Syah sudah berlangsung dan semakin panas. Selanjutnya adalah kelompok Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan NU. Skenario AS adalah memecah umat Islam indonesia sampai berkeping-keping. Seperti yang mereka lakukan terhadap negara-negara Teluk sebelumnya. Dengan keahlian dan pengalaman agen-agen mereka, "membunuh dari dalam" adalah salah satu strategi perang AS paling berhasil. Dan jika terjadi konflik bersenjata, AS lebih mudah masuk beri "bantuan" anti teror. Kalau perang berkobar, AS juga senang, karena APBN-nya juga akan naik lewat bisnis senjata, bisnis teknologi sistem keamanan dll. Intinya AS butuh keadaan di berbagai negara yang bisa memberi kesempatan bagi perusahaan AS itu berkiprah. Bisa lewat eksploitasi tambang, bisa bisnis kebudayaan, bisnis makanan dan gaya hidup, hingga bisnis senjata karena ada perang.
Perang tak selamanya buruk bagi AS, karena perang didalamnya ada bisnis besar, tak hanya, senjata tapi juga peralatan IT dll. Perang kadang diciptakan, termasuk perang saudara, karena lewat perang itulah AS bisa tancapkan pengaruhnya ke negara itu. Irak dan Afghanistan misalnya, sekarang pasca perang, jadi amat tergantung pada AS, minyaknya pun jadi bisnis perusahaan AS. Begitu pula yang terjadi di Libya, Tunisia, Mesir, bahkan Suriah pun juga tak lepas dari upaya AS masuk ke dalamnya & mengambil keuntungan. Jadi kita harus sadar, bahwa negara Asing, seperti AS itu selalu miliki kepentingan nasionalnya, termasuk ingin kuasai negara kita. Kita harus belajar dari mereka, tapi tetap kritis, jangan biarkan Indonesia dikuasai dan dijajah dengan cara apapun oleh negara manapun termasuk AS.