Pages
▼
Manipulasi Isu Terorisme Dunia ala Amerika Serikat
Mata Dunia semakin terbuka dengan trik-trik yang dilakukan oleh negara adidaya, Amerika Serikat untuk mengintervensi negara lain. Negara-negara Timur Tengah sebagai negara yang kaya minyak merupakan target utama negara Superpower tersebut. Itu sebabnya semboyan kuasai minyak maka kamu kuasai dunia, bukan isapan jempol belaka. Berbagai upaya telah dilakukan Amerika Serikat demi merebut sumber-sumber minyak yang ada di wilayah tersebut. Ada yang didekati secara baik-baik maupun dengan invasi militer secara besar-besaran. Negara yang bersedia menerima intervensinya akan dirangkul dengan baik, tetapi jika membangkang maka akan dibuat isu untuk legitimasi menjajah negara tersebut secara militer. Arab Saudi takluk dengan pendekatan diplomatis, tetapi Iraq dan Afganistan diinvasi dengan kedok kemanusiaan dan terorisme. Padahal sampai sekarang tidak terbukti sedikitpun adanya indikasi dua negara tersebut sebagai sarang terorisme.
Melihat dan mempertimbangkan apa yang dilakukan negara Amerika Serikat, nampaknya perlu kita merasa curiga dengan apa yang sedang bergolak di negara-negara di dunia ini. Baik yang ada di Suriah yang saat ini sedang bergolak karen perang intern, dan nampaknya perang ini pun akan merembet antar negara (Suriah vs Turky). Hal ini sangat mungkin ada intervensi asing (Barat) dalam membuat kekacauan di negara tersebut. Karena ambisi barat sangat nyata dengan berbagai kebijakan ganda di wilayah tersebut. Trik-trik Petagon yang sering melakukan berbagai manuver untuk menguasai kekayaan dunia sangatlah besar.
Negara adidaya bukan hanya mengacak-acak negara-negara Timur Tengah. Target mereka selanjutnya adalah Cina. Selain ideologi islam, negara adedaya tersebut saat ini sedang risau dengan peningkatan ekonomi China yang sangat pesat. Peningkatan ekonomi yang sangat pesat di Cina ini dianggap akan mengancam eksistensi Amerika Serikat. Pejabat Pentagon merasa takut tersaingi dalam segala bidang, terutama dalam hal pertahanan negara. Diprediksikan pada sekitar tahun 2020, China akan menjadi negara Super Power menggantikan kedudukan Amerika serikat saat ini. Gambaran, atas keyakinan dan prediksi mereka dapat dilihat dari lahirnya film berjudul “2012″. Film tersebut merupakan keyakinan bahwa China akan menjadi penyelamat dunia, sebagai negara Super Power yang dapat memberikan perlindungan kepada semua negara di dunia.
Melihat perkembangan ekonomi yang sangat pesat itu, negara adidaya dengan segala cara mencari celah untuk mengganggu konsentrasi negara Tirai Bambu tersebut. Isu persoalan Laut China Selatan dan juga Laut China Timur yang baru-baru ini menimbulkan ketegangan antara China dengan Jepang, Taiwan, dan beberapa negara tetangga lainya bisa jadi adalah salah satu permainan intelejen Amerika Serikat untuk menimbulkan huru-hara di wilayah tersebut. Dengan adanya konflik perebutan perbatasan, maka konsentrasi China akan terpecah sehingga akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi, sosial dan politik di negara tersebut. Ada kemungkinan juga China akan mencari kesalahan China sebagai legitimasi melakukan penyerangan.
Model adu domba merupakan cara yang sudah lama dilakukan oleh orang-orang Eropa untuk memecah belah kekuatan lawan. Metode ini dianggap paling ampuh. Sejak jaman Cholombus, model intervensi menggunakan aparat atau petinggi-petinggi setempat merupakan keahliah luar biasa yang dimiliki oleh para imperialis ini. Namun jika upaya adu domba tidak berhasil, mereka tidak segan-segan menggunakan “tangan besi” untuk menumpas habis setiap lawan yang dinggap menentang. Segala hal akan dilakukan baik atas nama hak asasi manusia, terorisme, dan perdamaian dunia.
Posisi Indonesia
Melihat segala track record yang dilakukan para imperialis barat, nampaknya kita pun tidak lepas dari cengkraman barat baik secara sosial, politik, bahkan ekonomi. Gagasan liberalisme dan sekulerisme merupakan misi ideologis yang sudah mendarah daging di negari ini. Gagasan ideologis ini sudah sedemikian akutnya di dalam benak generasi kita sehingga generasi kita pun sudah hampir seratus persen berkiblat pada barat. Rasa kecintaan terhadap bangsa sendiri yang luhur dan cinta damai sudah mulai pudar. Sikap sopan, santun dan kejujuran sudah mulai hilang seiring dengan lahirnya budaya hedonisme, materialisme dan sikap suka menjatuhkan orang lain dengan berbagi trik ala Yahudi. Lebih mimprihatinkan lagi, saat ini ada kecenderungan genegarasi kita memusuhi budaya sendiri dan menghancurkan budaya luhur dengan menganggap budaya kita tidak up to date atau sudah tidak relevan lagi.
Isu terorisme yang selama ini merebak sebenarnya bukanlah hal yang aneh bagi kita jika semua itu bagian dari strategi licik ala barat. Terorisme bisa jadi didanai dari mereka sendiri dengan berbagai cara agar melahirkkan kondisi tidak kondusif di negeri ini. Jika kondisi negara tidak kondusif maka isu-isu sensitif yang tadinya dialami golongan pro-barat ini akan hilang seiring dengan adanya huru-hara terorisme tersebut. Lihatlah bagaimana kronologi kejadian menggemparkan itu terjadi saat ada kasus-kasus besar yang menimpa salah satu golongan penguasa di negeri ini. Dengan serta-merta lahir isu lain yang dimaksukan untuk mengalihkan perhatian media dan masyarakat di negeri ini. Cara-cara seperti ini tentu sudah bukan hal asing lagi bagi kita yang memahami karakteristik budaya adudomba ala barat. Mereka sangat ahli di dalam membuat sekenario huru-hara untuk mengalihkan perhatian rakyat di negeri ini.
Itu sebabnya terorisme selamanya tidak akan pernah mati jika barat tidak berhenti mengintervensi dan mengintimidasi negara lain. Arogansi yang dilakukan dengan ikut campur mengurusi negara lain adalah sebuah kesalahan besar. Di situlah lahirnya perlawanan dan pemberontakan karena merasa di tholimi oleh kebijakan barat. Setiap negara memiliki kedaulatan untuk mengurusi negaranya sendiri dan harus lepas dari campur tangan dari negara manapun. Wallahua’lam bishawab.
SUMBER