Pages

Terperangkap Dalam Badai Kenikmatan


 

{Apa yang bisa dinikmati orang kota? Tak ada samudra tanpa batas di sini. Juga hijau pegunungan alami. Hanya awan Dengan langit megahnya. Tempat angan-angan mengembara} Fiuh.

Kuhembuskan nafas sambil tersenyum entah pada siapa. Mungkin pada gadis-gadis yang sedang bermain di taman ini. Atau pada awan sore yang teduh. Cukup lama aku melamun sendiri, hanya menelan waktu yang tak habis-habisnya. Bodohnya aku. Aku seorang pemalu. Belum pernah berani menyapa seorang gadis lalu berkenalan. Padahal mereka sering kulihat di kompleks ini. Tapi, kujamin, tak ada satupun yang tahu namaku. Aku orang yang sangat tidak dikenal. Aku ada, tapi keberadaanku diabaikan. Begitulah pendapatku tentang diriku.

Lalu, tak pernah adakah keberanian dari dalam diri ini?
Untuk sekedar menyapa lalu bercengkrama pada seorang saja gadis di sana?

Tidak. Aku bukan tipe itu. Kuhembuskan nafas panjang, kali ini sambil membodohi diri. Si pemalu yang hidup dalam dunia sel-sel kelabu. Kapan kamu mengenal dunia yang sebenarnya? Namaku Taksaka, artinya sang naga. Terlalu berat nama itu, karena aku sendiri merasa biasa-biasa saja. Terlampau biasa untuk seorang pemuda 18 tahun. Aku masih tinggal bersama keluarga di sini. Di salah satu kawasan rumah susun di Jakarta. Tak ada lagi yang bisa kulakukan di Sabtu sore ini. Aku masih melamun menikmati irama orang-orang. Uh, untuk apa aku pulang cepat, tak ada yang bisa kulakukan di rumah. Orang tua sedang arisan di puncak, baru pulang Minggu. Kakak adik sedang pergi entah ke mana. Malam mingguan. Sedangkan Aku....

Selengkapnya >>