Pages

Mengapa Perempuan Rentan Tertular HIV/AIDS


Perempuan dan anak menjadi pihak yang rentan terjangkit HIV/AIDS. Ini terjadi karena banyak pria yang positif HIV/AIDS tetap melakukan hubungan dengan pasangannya.

Selain itu, pengetahuan tentang bahaya HIV/AIDS juga masih minim. HIV/AIDS hanya dikenali aspek yang berbau diskriminatifnya saja, bukan pengetahuan yang ilmiah.

Salah satu daerah yang termasuk tinggi sebaran HIV/AIDS-nya adalah Jawa Barat, provinsi yang memiliki penduduk paling tinggi di Indonesia, yakni 43 juta lebih.


"Peningkatan kasus HIV/AIDS di Jabar cukup tinggi," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Alma Luchyati, dalam Diskusi Media bertema Perluasan Dukungan Bagi Anak Terinfeksi dan Terdampak HIV dan AIDS di Hotel Hyatt, Bandung, Rabu (30/11/2011).

Dia mengungkapkan, data kumulatif dari 1989 sampai September 2011 tercatat sebanyak 3.925 kasus AIDS dan 2.354 kasus HIV di Jabar. Dari jumlah itu, sebanyak 934 kasus AIDS dan 614 kasus HIV adalah perempuan yang merupakan calon ibu.

Salah satu penyebab tingginya kaum hawa terkena HIV/AIDS adalah karena tertular dari pasangannya. Sebab, 40 persen pria positif HIV/AIDS berhubungan dengan pasangannya.

Alma menyebutkan, HIV/AIDS bisa didapat oleh siapa pun salah satunya penularan dari orang tua kepada anaknya. Namun potensi penularan itu masih belum dipahami secara luas oleh masyarakat. Penyebabnya karena pendidikan yang masih rendah.

"Pendidikan masyarakat Jabar berbeda, sehingga berbeda pula cara menerima informasi HIV/AIDS. Data 2010, rata-rata lama sekolah di Jabar hanya selama 6,8 tahun," sebutnya. 

Dampaknya, ada masyarakat yang hanya mengenal HIV/AIDS berbau stigma dan diskriminatif. Ada yang masih percaya bahwa HIV/AIDS bisa ditularkan lewat nyamuk, pergaulan, bekas makan dan informasi yang menyesatkan lainnya.

Padahal HIV/AIDS hanya menular lewat hubungan seks dan narkoba. "Masyarakat belum semua mau bersahabat dengan hati tulus," ujarnya.

Di kalangan ibu rumah tangga, HIV/AIDS juga masih dipandang penyakit aneh. Mereka tidak tahu gejala bagaimana tertular HIV/AIDS yang bisa saja ditularkan suaminya yang hobi 'jajan'.

Alma juga menyambut baik program Perluasan Dukungan Bagi Anak Terinfeksi dan Terdampak HIV dan AIDS. Program ini hasil kerja sama Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Nasional dan Jabar, World Health Organization (WHO), Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) serta disponsori produk susu.

Tujuannya, mencegah kasus HIV/AIDS baru, menghentikan diskriminasi sedini mungkin, dan menekan serendah mungkin orang yang terkena AIDS.

Perluasan akses layanan pencegahan penularan HIV/AIDS bagi ibu dan anak memang perlu digalakkan, sebagai upaya pencegahan sekaligus membuka akses pengobatan bagi pasien HIV/AIDS perempuan dan anak.

"Salah satu akses tersebut adalah dengan menyiapkan puskesmas-puskesmas supaya bisa melakukan deteksi dini," kata Alma.

Untuk kasus anak dan ibu di Jabar saat ini tercatat 13,78 persen ibu rumah tangga tertular HIV/Aids dan anak 1,10 persen. Khusus untuk perempuan, sejak 2008 kasusnya terus meningkat, yakni dari 26 persen menjadi menjadi 27 persen pada 2009, 2010 menjadi 31,49 persen, dan 2011 naik menjadi 39,23 persen.